Meluruskan Kebijakan Pemimpin Yang Salah 

Meluruskan Kebijakan Pemimpin Yang Salah 

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengancam, bahkan mendoakan turunnya azab bagi pemimpin yang kebijakannya membikin susah umat Islam.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ هَذِهِ أُمَّتِي شَيْئاً فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ. وَمَنْ شَقَّ عَلَيْهَا فَاشْفُقْ عَلَيْهِ. رواه مسلم

“Ya Allah, siapa saja yang memimpin/mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka SUSAHKANLAH DIA.”

(HR. Muslim no. 1828)

Generasi para sahabat Nabi, Radhiallahu ‘Anhum, merekapun mengkritik kebijakan pemimpin yang salah secara langsung.

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menceritakan, ketika Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu berkhutbah di atas mimbar, dia menyampaikan bahwa dirinya hendak membatasi Mahar sebanyak 400 Dirham, sebab nilai itulah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika ada yang lebih dari itu maka selebihnya dimasukkan ke dalam kas negara.

Hal ini diprotes langsung oleh seorang wanita, di depan khalayak ramai saat itu, dengan perkataannya: “Wahai Amirul mu’minin, engkau melarang mahar buat wanita melebihi 400 Dirham?”

Umar menjawab: “Benar.”

Wanita itu berkata: “Apakah kau tidak mendengar firman Allah: “ ...sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali darinya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata?” (QS. An Nisa: 20)

Umar menjawab; “Ya Allah ampunilah aku, semua manusia lebih tahu dibanding Umar.”

Maka Umar pun meralat keputusannya.

(Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 2/244. Imam Ibnu katsir mengatakan: sanadnya jayyid qawi (baik lagi kuat). Sementara Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini menyatakan hasan lighairih)

***

Imam Adz Dzahabi menceritakan, bahwa Imam Amr Asy Sya’bi telah mengkritik penguasa zalim, Hajjaj bin Yusuf dan membeberkan aibnya di depan banyak manusia. Bahwa Asy Sya’bi berkata:

فأتاني قراء أهل الكوفة، فقالوا: يا أبا عمرو، إنك زعيم القراء، فلم يزالوا حتى خرجت معهم، فقمت بين الصفين أذكر الحجاج وأعيبه بأشياء، فبلغني أنه قال: ألا تعجبون من هذا الخبيث ! أما لئن أمكنني الله منه، لاجعلن الدنيا عليه أضيق من مسك جمل

“Maka, para Qurra’ (penghafal Quran) dari Kufah datang menemuiku. Mereka berkata: “Wahai Abu Amr, Anda adalah pemimpin para Qurra’.” Mereka senantiasa merayuku hingga aku keluar bersama mereka. Saat itu, aku berdiri di antara dua barisan (yang bertikai). Aku menyebutkan Al Hajjaj dan aib-aib yang telah dilakukannya.” Maka sampai kepadaku (Mujalid), bahwa dia berkata: “Tidakkah kalian heran dengan keburukan ini? Ada pun aku, kalaulah Allah mengizinkan mengalahkan mereka, niscaya dunia ini akan aku lipat lebih kecil dari kulit unta membungkusnya.”

***

Muhammad bin Sirin Rahimahullah dikenal sebagai ulama yang paling tegas terhadap orang-orang yang menyimpang dan penguasa yang zalim. Dia pun secara terang-terangan menegur penguasa zamannya –yakni Ibnu Hubairah- di depan orang lain. Gubernur Ibnu Hubairah adalah salah satu pejabat tinggi dalam pemerintahan Khalifah Marwan.

Berikut ini yang diceritakan Imam Abu Nu’aim Al Ashbahani:

جعفر بن مرزوق، قال: بعث ابن هبيرة إلى ابن سيرين والحسن والشعبي، قال: فدخلوا عليه، فقال لابن سيرين: يا أبا بكر ماذا رأيت منذ قربت من بابنا، قال: رأيت ظلماً فاشياً، قال: فغمزه ابن أخيه بمنكبه فالتفت إليه ابن سيرين، فقال: إنك لست تسأل إنما أنا أسأل، فأرسل إلى الحسن بأربعة آلاف وإلى ابن سيرين بثلاثة آلاف، وإلى الشعبي بألفين؛ فأما ابن سيرين فلم يأخذها

Ja’far bin Marzuq berkata, “Gubernur Ibnu Hubairah pernah memanggil Ibnu Sirin, Al Hasan Bashri, dan Asy Sya’bi.

Maka dia (Gubernur Ibnu Hubairah) bertanya kepada Ibnu Sirin: “Wahai Abu Bakar (panggilan Ibnu Sirin), apa yang kau lihat sejak kau mendekat pintu istanaku?”

Ibnu Sirin menjawab: “Aku melihat kezaliman yang merata. Bukan kamu yang seharusnya bertanya, tetapi akulah yang seharusnya bertanya kepadamu dengan kezaliman ini.”

Maka, Gubernur Ibnu Hubairah mengakuinya dan akhirnya menghadiahi Al Hasan Bashri empat ribu dirham, Ibnu Sirin tiga ribu dirham, dan Asy Sya’bi dua ribu. Ada pun Ibnu Sirin menolak mengambil hadiah itu.” (Hilyatul Auliya’, 1/330. Mauqi’ Al Warraq)

Lihatlah bagaimana Imam Ibnu Sirin dengan berani mengatakan bahwa Istana dipenuhi kezaliman yang merata.

Imam Adz Dzahabi mengatakan:

قال هشام: ما رأيت أحدا عند السلطان أصلب من ابن سيرين

“Berkata Hisyam: Aku belum pernah melihat orang yang paling tegas terhadap penguasa dibanding Ibnu Sirin.” (Siyar A’lam An Nubala, 4/615)

***

Imam Sufyan Ats Tsauri Radhiallahu ‘Anhu adalah Imam Ahlus Sunnah, muara para ulama pada zamannya. Di depan para sahabatnya, dia pun pernah secara terang-terangan menegur dan menasihati Khalifah Al Mahdi yang sedang bersama pengawalnya, bahkan membuatnya marah. Berikut ini ceritanya, sebagaimana diceritakan oleh Imam Abu Nu’aim Al Ashbahani. Dari ‘Ubaid bin Junad:

عطاء بن مسلم، قال: لما استخلف المهدي بعث إلى سفيان، فلما دخل خلع خاتمه فرمى به إليه، فقال: يا أبا عبد الله هذا خاتمي فاعمل في هذه الأمة بالكتاب والسنة، فأخذ الخاتم بيده، وقال: تأذن في الكلام يا أمير المؤمنين. قال عبيد: قلت لعطاء: يا أبا مخلد قال له: يا أمير المؤمنين. قال: نعم، قال: أتكلم علي أني آمن. قال: نعم، قال: لا تبعث إلي حتى آتيك، ولا تعطني شيئاً حتى أسألك، قال: فغضب من ذلك وهم به فقال له كاتبه: أليس قد أمنته يا أمير المؤمنين. قال: بلى، فلما خرج حف به أصحابه، فقالوا: ما منعك يا أبا عبد الله وقد أمرك أن تعمل في هذه الأمة بالكتاب والسنة؟ قال: فاستصغر عقولهم ثم خرج هارباً إلى البصرة

Khalifah Al Mahdi berkunjung ke rumah Sufyan Ats Tsauri. Ketika dia masuk, dia melepaskan dan melemparkan cincinnya kepada Sufyan Ats Tsauri.

Lalu dia berkata: “Wahai Abu Abdillah (panggilan Sufyan Ats Tsauri), inilah cincinku maka berbuatlah terhadap umat ini dengan Al Quran dan As Sunnah.”

Maka Sufyan Ats Tsauri mengambil cincin itu dengan tangannya, lalu berkata: “Izinkan aku berbicara wahai Amirul Mu’minin.”

Sufyan berkata: “Apakah aku akan aman jika aku bicara?”

Khalifah Al Mahdi menjawab: "Ya.”

Sufyan berkata: “Jangan kau kunjungi aku hingga akulah yang mendatangimu, dan janganlah memberiku apa-apa sampai aku yang memintanya kepadamu.”

Maka marahlah Khalifah Al Mahdi karena itu, dan dia berniat ingin memukulnya karenanya. Maka, berkatalah sekretarisnya kepadanya: “Bukankah kau sudah mengatakan bahwa dia aman, wahai Amirul Mu’minin?”

Al Mahdi menjawab: “Tentu.”

Maka ketika Khalifah Al Mahdi keluar hendak meninggalkan rumah itu, para sahabat Sufyan Ats Tsauri mengelilinginya dan bertanya: “Apa yang dia larang kepadamu wahai Abu Abdillah, apakah dia memerintahkanmu untuk memperlakukan umat ini dengan Al Quran dan As Sunnah?”

Sufyan menjawab: “Remehkanlah akal mereka.” Lalu Sufyan Ats Tsauri mengungsi ke Bashrah karena menjadi buronan pasukan Khalifah Al Mahdi.

(Hilyatul Auliya’, 3/166. Mauqi’ Al Warraq)

Demikianlah Imam Sufyan Ats Tsauri, memberikan teguran yang mendalam, bahkan meminta agar para sahabatnya meremehkan akal/kecerdasan Al Mahdi dan pengikutnya.

No comments:

Post a Comment