"Mazhab" Salafi tidak akan membawa kemajuan apapun bagi dunia Islam, sebab yang diurus orang-orang salafi hanya soal tauhid rububiyyah, uluhiyyah, tauhid al-asma' wa al-sifat, soal jenggot, soal hukum mendengarkan musik, soal memanjangkan ujung celana, soal cadar, soal ziarah kubur, soal wasilah, dan soal-soal sejenis yang hanya melingakar-lingkar tanpa ujung yang jelas.
Betapa sengitnya kebencian yang ditunjukkan oleh kalangan salafi kepada golongan yang mereka tuduh sebagai kelompok "hizbiyyun", "sururiyyun", atau orang-orang yang menganut ideologi Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir dll. Kecurigaan dan bahkan kebencian yang ditunjukkan oleh kalangan "Mutasaalifun" terhadap sarjana-sarjana besar Islam seperti Dr. Yusuf Qardlawi begitu aneh dan sangat tak masuk akal.
Betapa sengitnya kebencian yang ditunjukkan oleh kalangan salafi kepada golongan yang mereka tuduh sebagai kelompok "hizbiyyun", "sururiyyun", atau orang-orang yang menganut ideologi Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir dll. Kecurigaan dan bahkan kebencian yang ditunjukkan oleh kalangan "Mutasaalifun" terhadap sarjana-sarjana besar Islam seperti Dr. Yusuf Qardlawi begitu aneh dan sangat tak masuk akal.
Dengan seluruh kekurangan yang ada, kalangan Ikhwanul Muslimin telah berjasa besar dalam membangkitkan ghirah Islamiyyah di banyak negara. Merekalah yang bekerja keras membangun partai, melawan kekuasaan yang despotik dan otoriter di sejumlah negara Islam.
Sementara yang bisa dilakukan oleh kalangan "Salafiyyun" atau tepatnya "Mutasaalifuun" hanya sekedar membid'ahkan sesama Muslim, menganggap perbuatan ini atau itu syirik, tanpa melakukan pekerjaan dan peran serta yang nyata dalam membangun masyarakat.
Kalangan ini juga gembor-gembor melawan sikap "hizbiyyah" (fanatik kepada kalangan sendiri), sementara sikap mereka sendiri jelas menunjukkan bahwa merekalah yang lebih mengidap hizbiyyah. Kelemahan mendasar kaum salafi adalah bahwa mereka menganggap merekalah satu-satunya "al-firqah al-najiyah" atau kelompok yang selamat sebagaimana disinggung dalam sebuah hadits. Mereka beranggapan demikian karena merasa merekalah yang paling mengikuti sunnah Nabi. Kelompok-kelompok lain dianggap sebagai menyeleweng atau menyimpang dari sunnah, dan karena itu dianggap sebagai "ahl al-bida'" atau pengikut bid'ah.
Ajaran "Salafi" sudah diterapkan di Saudi sejak "kongsi" antara Muhammad ibn Abdul Wahhab dan keluarga Ibn Saud terjadi pada abad 18. Dan hingga saat ini, lihatlah apa yang terjadi pada negara Saudi? Negara ini sama sekali tidak bisa disebut sebagai negara maju. Kerajaan Saudi hanya menjadi antek Amerika, dan ini tidak aneh, karena dulu kaum ini juga pernah menjadi antek Inggris. Negara Saudi berdiri dengan disokong secara diam-diam oleh Inggris untuk melemahkan negara Turki Utsmani. Apa yang bisa dilakukan oleh ulama Salafi di Saudi sendiri menghadapi kenyataan pahit seperti itu? Nihil.
Cobalah lihat sejarah kelompok Salafi di mana-mana: mereka selalu menimbulkan pertengkaran dan selisih paham di masyarakat. Setiap ada kelompok salafi muncul di tengah masyarakat, pada saat yang sama akan timbul kecurigaan dan perselisihan di tengah-tengah mereka.
Ini tidak mengherankan sebab pendekatan dakwah kaum salafi selalu membid'ahkan dan men-syirikkan kelompok lain.
Mereka tidak pernah mengaku sebagai mazhab tersendiri. Tetapi tingkah polahnya selama ini menunjukkan bahwa mereka "menggerombol" secara terpisah sebagai sebuah kelompok. Mereka tidak pernah mengaku sebagai mazhab, tetapi diam-diam mereka adalah mazhab tersendiri. Para pengikut Abdullah Bin Baz, Nasiruddin Al-Albani, dan Muqbil Hadi al-Wadi'i yang merasa sebagai wakil dari kalangan salafiyyin sekarang ini menggerombol sebagai kelompok tersendiri, seraya membid'ahkan kelompok-kelompok lain.
No comments:
Post a Comment